Selasa, 06 April 2010

Puisi tahun 2009

Negriku Seribu Sungai

Duduk di ujung lanting menatap sungai berarus muram
Tercenung merasakan tanahkelahiran bernama seribu sungai
Bagaimana punya wajah lagikah nantinya
Rumah lanting yang membuat rasa memiliki negri sendiri sepertinya diam membisu
Dulu sungguh nyaman kalau mau membeli apa yang diperlukan
Sekarang ini begitu langka melihat jukungjukung lewat membawa dagangan
Banyak sungainya ditumbuhi rumah sampai berjubel tak karuan
Jika terjadi kebanjiran baru menjadi ribut

Melihat ke seberang tertatap bangunan yang bertingkattingkat
Rasa gembira jugalah negri bertambah maju
Tapi kalau diperhatikan sungguh terlalu berlebihan
Harus juga terpikirkan mampukah tanahnya menahan beban
Banyak gedung terlihat miring menunggu ambruk

Banyak orang datang dari negri lain bertanya tanah Banjarkah ini
Orang membayangkan yang namanya tanah Banjar itu mesti elok
Banyak rumah bubungan tinggi rumah gajah baliku rumah palimasan rumah palimbangan
Kalau sudah begini tak dapat lagi bicara
Seperti apa banyak rumah mencangkok bentuk rumah orang kafir

Seyogyanyalah orang Banjar jangan sampai kehilangan jiwa kebanjarannya
Siapa lagi yang memelihara tanah tumpah darah ini kalau tidak kita sendiri
Apalagi kalau ingin maju seperti negri orang
Jangan suka bersengketa sesama warga sendiri

Duduk di ujung lanting ada jugalah terteduh hati
Melihat ilung berbunga di tengah tubuh sungai
Walau hanya berupa ilung tapi tetap manunjukan nuansa negri Banjar
Melihat jukungjukung marenda riwayat negri yang bauntungbatuah

Bbaru, 2009

** * ilung = eceng gondok
bauntungbatuah = sangat dicintai (beruntung bertuah)


Patung

Tubuhnya
Layaknya gelombang laut, buncah gunung api
badai gurun
Tapi aku cuma diam

Mengapa kau simpan ruhmu padaku
Oh maha jahanam
Terajallah sudah riwayat ujudku

Aku cuma diam
Sebab aku sudah tidak sudi lagi
mendengar keluh kesah dunia ini

Batam,2009


Aliflamra’

Kata si kata punya pur asalnya aliflamra’
Baca silang suara
Pintu silang kunci
Rahasiamukah maka paruparu runtuh
Seribu nadi putus tubuh pun lumpuh
Siapa dusta ? Kafir. Siapa iman ? Takwa
Tak ada satu pun kuasa
Kecuali maha dia

Bbaru, 2009


Ketapang
: Dimas Arika Mihardja

Dupa setanggi di pucukpucuk
Senja kuning menghambur kur sumangat
Ruh membusur bianglala
Merimbun daundaun puisi

Seperti pertapa yang tak pernah sepi
Setiap gemerisik dedaunan adalah pelagu risalah
dan senandung zikir sejauhjauh semenanjung
Dan seperti ruh musafir yang tak pernah lelah
Seusaiusai gedebur ombak
Begitu nikmat kesunyian di pantaipantai

Di batubatukarang
Tak pernah aku lupa belajar meronce sore
Ketika rerimbun daunmu memberi harum dupa setanggi
Anakanak main rumahrumahan
Dari daunmu yang luruh dan merangkainya
menjadi mahkota kerajaan angsa putih

Sore itu
Aku takjub memandangmu ada tujuh bidadari
Beradapradap menabur beras kuning :
” Dangardangar aku bahiyau dangardangar aku manyaru
Ikam datang di kukus manyan ikamlah datang di kukus dupa ”


B.baru, 2009

Catatan :
beradap = jenis tarian Banjar sakral "Radap Rahayu".
dangar = dengar
bahiyau = memanggil
manyaru = menyeru
ikam = kamu,engkau
kukus = asap
manyan = kemenyan


Memetik Bintang Malammalam
: Gadis R.

Seperti malammalam kemarin aku masih disini
Aku tak merasa ini sunyi walau sesungguhnya sunyi begitu sunyi
Tapi entah apa tanganku tak letihletih
Meronce bintang sebab setiap kupetik dari gugus anganangan
Aku tak sangsi kau tentu masih disana
Masih menabur butirbutir bintang
Sehingga langit tak kulihat muram

Tapi sungguh kali ini aku merasakan ada malam lain
Membuat tanganku terkulai
Sukmaku dibawa angin masuk dalam jagat yang paling jauh
Bibirku bergetar : Kau

Dilenguh angin
Kau menabur butirbutir airmata
dalam riwayat malam yang paling malam

Bbaru, 2009


Bustan

Sebagaimana bintang timur ditanam antara dua alis
Gemerlap di tengah malam kemilau berwajah elok
Bintang timur asalnya iman yang tidak ketinggalan sholat
Itu namanya bustan kata nenek sambil membelah pinang
Si galuh tersenyum manis membetulkan mukena

Sedini sudah membiasaakan berwudhu
Membersihi prilaku di madrasah
Masjid tempat menjalankan rukunrukun agama
Setelah sholat subuh menyempatkan bertadarus
Menjaga nama baik orang tua adalah anak beradatistiadat

Suatu nanti bustan susah dicari karena arus jaman
Bintang timur padam di timur
Belanga tumpah malawén pecah
Ingatkan menanam intan antara dua alis
Tak kan dapat menulis lamjalalah di dahi jika mati
Betulkan tauhid agar selamat menuju surga
Kata nenek sambil mengeluarkan sepah ke pekucuran
Jernih wajah galuh duduk bertelémpoh

Bbaru, 2009
****
malawén = piring antik
telémpoh = etika duduk perempuan Banjar


Semata Allah

Dalam hirukpikuk pemilu
Mereka teriak : Ingat Ka’bah
Ingat yang menyuarakan aspirasimu
Demikian janji mereka
Janji ini memang sejak lama dijanjikan

Ingat Ka’bah
Tak ada lain yang kuingat
Semata Allah

Bbaru, 2009


Badudus

Tarbang Burdah isimengisi dengan biola mengalunkan lagu
Mengisi kata menguntai sair di ujung bibir
41 macam kue di asap dupa kemenyan menunggu
Ambilakan minyak likat baburih asalnya aneka kembang
Pamapai tatungkal letakan di dalam cupu

Nyai Randel duduk manyampir seru
Memanggil dimana tempat tinggal tutus Candi
Menabur beras kuning di muka pintu
Kur Sumangat
” Dengardengar aku mangiyau dengardengar aku manyaru
ikam datang di asap manyan ikam datang di asap dupa ”

Tutup pintu jangan tertutup pintu aduhai sayang
Terbang burung jauhlah jauh datang kesini
Nandung sayang datang kesini
Giranggirang buah kuranji batang pirawas
Aduhai lama tidak bersua lama terkenang

Badudus cermin adat budaya Banjar
Bakal pengantin bermandimandi sebelum bersanding di pelaminan
Duduk di atas sasanggan tubuh berminyak likat baboréh
Air mayang di upung pembersih raga badan
Air bagantung pembersih hati

Selesai mandi duduk bersanding di atas lipatan tapih
Wanitanya berbaju kurung prianya berbaju palimbangan
Tapak kaki ditungkali cacak burung agar tidak kapidaraan
Perisai diri dikelilingi cermin dan sumbu lilin
Berbedak kasay kuning kursumangat
Rupa bungas langkar budi pekerti

Dundang sayang di tengah rumah
Tertib talémpoh Galuh dan Nanang rapat sila
Terkumpul warga sanak kulawarga
41 macam kue adalah tali silaturahmi pengikat kerukunan
Mewarnai kokohnya adat budaya Banjar
Mudahan diingat turuntemurun tak kan juga terlupakan

Bbaru, 2009

****
giranggirang = gembira
badudus = mandi-mandi adat Banjar
kur sumangat = memberi semangat/selamat
dundang = dendang/lagu
baju kurung = baju perempuan tidak berbelah
baju palimbangan = kemeja bertangan panjang leher bulat sedikit ke atas bagian dada terbelah
bersaku satu di atas bagian kiri dan dua saku kiri kanan bagian bawah
nandung = irama/lagu
talémpoh = cara/etika duduk perempuan Banjar
galuh = anak perempuan ( dalam puisi ini dimaksudkan mempelai wanita )
nanang = anak laki-laki (dalam puisi ini dimaksudkan mempelai pria )
andika = anda, kau, kamu
banyu bagantung = air kelapa muda
kapidaraan = diganggu orang halus
cacak burung = tanda (X) atau (+) dengan kunyit


Bawanang

Sejauhjauh pedusunan bersemayam Paramasan
Berpagar gunung dan lembah ialah pertapa yang menyimpan misteri sunyi
ke dalam kitab kaharingan
Balai Remain tempat membakar behiuk menyan
dan rohroh nenek moyang memapai kur sumangat bagi anak cucu
Simpul adat turuntemurun

Inilah kesunyian murni
Napas Paramasan yang menapaskan kearifan
Kemurnian kehidupan yang terpatri dalam kerukunan adat
Setiap tahun tak luput dari pegangan
Bawanang merenda kehidupan dayak meratus

Bawanang adat Bapalas
Mengalir darah dalam tempurung
Mengaliri tanah huma tugal
Mengusir segala macam penyakit dan hama
Menumbuhkan rohroh padi yang melahirkan kemakmuran
Dalam Salawat Sahaya Hyang Raja Batara

Sesudah itu adat Bamula memapaikan harumnya kukus behiuk dan minyak likat baburih
Menyambut hamparan padi yang menguning
Gemerincing gelang liang tandik balian di panggung Lalayan
Bamamang ditujuh batang padi tujuh gulung rotan pengikat
Daun hibak,daun riribu, daun mada, daun jubung, daun lilinting pagat, daun sirih banaik, daun bintarung dan daun tamparakai hiasan panggung adalah
Rezeki berlimpah dalam filosofisnya
Dayak meratus siapakah lagi yang patut mengenangnya

Sebab kedamaian hakiki yang tertulis dalam kitab keharingan
Telah tercemar
Penambang intan dan emas yang datang
Membunuh riamriam dan sungaisungai
Puakapuaka terusir ke padang kedawang
Paramasan berduka
Paramasan berduka dalam tapa yang menyimpan misteri sunyi


Bbaru,2009

*****
Paramasan = nama dusun
balai Remain = nama rumah adat
behiuk = nama kemenyan
bawanang = kenduri suku dayak
bapalas, bamula = acara adat waktu menanam dan menuai padi
salawat sahaya = ucapan/mantra selamat
tandik = tari sakral
balian = dukun/orang sakti


Mandung Marindu

Ketipak ketipung tarbang di tangan bersandar di dinding batas
Mencurahkan isi hati dalam memandang diri yang kelam
Arus sungai pasang pindua pelan mengalir
Adakah melarutkan impian sampai menyentuh muara

Bintang timur padam di awan ya bintang timur
Timur, gelap jalan yulan yalalin Si Hitam Manis
Arah dituju suluh tiada berapi

Duduk salah berdiri salah ya serba salah
Salah, niat tidak lah sampai yulan yalalin Si Hitam Manis
Gelisah tidur gelisah di malam hari

Burung bilatuk bertiti di batang ya burung bilatuk
Bilatuk, makan dicari disiang hari yulan yalalin Si Hitam Manis
Pahit papari berasa pahit

Menahan derita badan yang menahan sakit
Sakit, derita badanku menahan yulan yalalin Si Hitam Manis
Liur pahit barang dimakan berasa pahit

Daun sirih bertemu urat dilipat lah dua
Dua, suratan takdir diriku yulan yalalin Si Hitam Manis
Bagaimana akal agar bisa bertemu

Terkenang siangnya malamnya merindu
Rindu, malamnya merindu yulan yalalin Si Hitam Manis
Bertemu mudahanlah bertemu

Tikar purun di dalam jukung adinda tikar purun
Purun, digelar tikar purun di dalam jukung digelar
Tikar purun jangan digelar si buruk kain

Kasih badanku adinda kalau juga kasih
Kasih, badanku adinda kuharap janganlah dikembar
Sungguh tega kalau dikembar dengan yang lain

Ketipak ketipung tarbang di tangan di bawah remang bulan
Risau hati mata berlinang di arus sungai yang tenang
Jukungjukung dikerlip lampu merasuk mimpi
Riakkah yang memanggil hingga hilang di balik bayang

Bbaru,2009


Sumur Kili Ulu Guntung

Jika kau berjalan menuju utara menyibak semak belukar dan lembah
Mendaki tanah perbukitan yang berpagar rimba hijau
Kau akan merasakan betapa hembusan angin dan kesenyapan yang membawa damai
Maka disana kau akan menemui sebuah negeri
Ulu Guntung

Kau akan menyaksikan
Di kepulnya asap garu kemenyan
Tandik balian menumbuk tubuh bumi dengan bambu berisi beras
Dan tetua adat menyumpitkan mantramantra kili di tujuh lapis bumi
Maka lahirlah sumur kili menyemburkan darah kehidupan
Dari Candi Agung roh Suryanata dan Junjung Buih datang memercikkan kur sumangat
bagi kesejahtraan anak negeri

Sumur kili sumur darah kehidupan yang pertama kali lahir
dari rahim Ulu Guntung
Setiap tahun di sumur kili dayak manyan warukin mesti membakar garu kemenyan
dan menato pergelangan tangan dan kakinya dengan kapur sirih :
Uluh hawi
nyarah tilang
manuk baya weah
hajat kabul

Tapi sekarang matamu akan pedih
Menampak Ulu Guntung telah menjadi patung
Dan anak negeri berumah di batubatu berlumut
Sebab orangorang luar datang
Merampok sumur kili

Tahukah kau
Orangorang tak pernah peduli
Kecuali anak negeri dayak warukin sendiri
Dengan tulus dan sabar telah membangun prasasti sumur kili
Mengukir patung Ulu Guntung
Membangun rumah dengan keringat sendiri
Setiap tahun masih setia mengepulkan asap garu kemenyan
Menato tangan kaki dengan kapur sirih :

Uluh hawi
nyarah tilang
manuk baya weah
hajat kabul

bbaru,2009


****
Uluh hawi = kami/orang datang
nyarah tilang = mempersembahkan bambu berisi beras
manuk baya weah = ayam dan beras
hajat kabul = syukur dan terima kasih


Turay Déndang Dirantawan

Dari dukuhdukuh jukungjukung sarat hasil tani
Berlabuh ke Banjarmasin
Saat rerumpun bakau di kanan kiri sungai
Menyempurnakan malam dan bakantan di pepohonan rambai
memanggil surya

Manakala disepanjang rantawan rembulan menghampar cahya
Déndang pejukung memecah kesunyian di arus Sungai Martapura
sebagai pelipur lara
Maka terjalinlah déndang bersahut :

Sungai Tuan ilung berserak ikut mangantar jukung berkayuh
Pergi bersama pulang bersama jukung yang dekat jangan berjauh

Sungai Tabuk airnya dalam memancing ikan dapat adungan
Rasa mendegup hati di dalam setelah tertatap wajah sampian

Dari Astambul ke Banjarmasin tidak tertinggal memakai tangguy
Tunduk tengadah ada berhasrat bagaimanakah hendak barukuy

Kalau tahu kalotok lalu kanapa pian tidak menyingkir
Sudah tahu diri ulun balu kenapa pian tidak berpikir

Hendak menuju ke Taluk Selong bertiti jembatan ulin
Di dalam hati sudah menghitung niat hati tidak ke lain

Menatap Sungai Martapura dimana hilir mudik jukungjukung
Tetapi kecipak kayuhnya tak pernah mengenal lagi
turay déndang berdéndang dikelamnya sunyi

bbaru,2009

****
tangguy = topi lebar dari daun nipah
barukuy = berkecocokan, kompromi
ulun = aku, saya
balu = janda
pian/sampian = anda, kau, kamu
kalotok = perahu bermesin
bakantan = kera mascot Banjar


Sungai

Orangorang tak pernah terpikir sebelumnya
Ternyata kota ini telah terbakar
Lalu panik mencari sungai
Memang kota ini tidak lagi punya sungai
Sungaisungainya telah mati
Karena dibangun sebuah kota yang megah

Sungai dan jukungjukungnya yang melintas
Sesungguhnya sumber kehidupan dan spesifik kota ini

Kota ini telah musnah terbakar
Dan jika orangorang berpikir mencari sungai
Dalam puingpuing kota ini
Pasti akan lahir sebuah kota yang lebih megah

Bbaru, 2009


Baahuy

Baahuy cermin masyarakat Banjar hidup bergotongroyong
Setiap tahun pasca menuai padi
Pesta ahuy penanda budaya
Ahuy bairik padi sambil bernyanyi
Bernyanyi pantun berbalas
Sebait pantun usai dilantunkan maka ahuy suara bersama
Dan mudamudinya pun saling bersua
Amboi, siapa tahu nasib mujur jodoh di tangan
Maka bila bernyanyi tarian pun seiring

Mairik padi sambil berdendang ala sayang
Buang tangkainya lalu dijemur
Baiklah kita hidup berukun ala sayang
Negri kita menjadi makmur
ahuy ahuy

Sungguh enak memakan kerak ala sayang
Memakan kerak di dalam piring
Sungguh asyik adinda dekat ala sayang
Dapat juga saling mengerling
Ahuy ahuy

Petikkan kembang jaruju aduhai
Disuntingkanlah ya abang kembang pepaya
Kembang pepaya
Ahuy ala ahuy
Jika ada rasa cinta aduhai
Lekaslah abang meminang usai puasa
Usai puasa
Ahuy ala ahuy

Masa sekarang baahuy sudah semakin lenyap
Sipat bergotongroyong semakin menipis
Menuai padi atau pun bairik serba mengupah
Sudah jarang bertanam atau pun menuai semusim
Benih padi tahunan pun semakin langka
Yang lebih miris sawah semakin sempit
Berganti rupa dengan rumah toko atau pun pabrik
Tak dapat membayangkan bagaimana nasib anak negri kemudiannya
Dilanda bencana
Apatah lagi hendak dikata jika dikata semakin pedih terasa

Bbaru, 2009


***** ahuy = ekspresi kegembiraan
(ma/ba ) irik = melepas padi dari tangkainya


Pengantin Berusung

Ayakan méréng mengiringi tari kuda gépang
Mempelai lelakinya duduk di bahu peusungan
Arakan menuju rumah mempelai wanitanya
Di halaman rumah mempelai wanitanya sudah menunggu

Setelah saling berhadaphadapan kemudian peusungan membuka katakata
Adimas,
Ulun Kangmas
Jauh berjalan menempuh alam membawa sukma raga badan
tak lain Adimas yang dirindukan
Inggih, Kangmas, tidur terjaga makan tak nyaman
tak beranjak di muka pintu Kangmas yang ditunggu
Ya Adimas sampai niat, bagaimana mulaikah menampilkan tari
Inggih, apa apa ujar sampian aja Kangmas

Paparangan menggerincing
Kuda gépang menyusun jajak tandik bukah
Tapung tali berayun lontang batandang
Jangkelung menghentak lu’lu kemudian tarabang
Tarian raja mempelai lelakinya
Tarian ratu mempelai wanitanya
Meniti jinggung masuk ke dalam negri alam berjiwa

Kuda gépang mengatur sembah
Setelah raja dan ratu bersanding
Adimas
Ulun Kangmas
Sudah puas menjelajah jagat, bagaimana kita ke singgasana
melapangkan napas
Inggih, apa apa ujar sampian aja Kangmas

Pengantin diturunkan disambut dengan derai shalawat
Menuju pelaminan senyum di bibir tak ubahnya mayang mengurai
Tapung tawar mengembun kehidupan


Bbaru,2009

***
paparangan,jangkelung, ayakan méréng, jinggung = irama gamelan/musik
jajak tandik bukah,tapung tali,lontang batantang, lu’lu,tarabang = gerak tari tradisional
dalam tari kuda gepang ( kuda lumping )
tapung tawar = memberi selamat dengan percikan air kembang dan harum-haruman.
ulun = saya,aku ucapan merendah terhadap yang lebih tua
inggih = ucapan ya/sahutan merentah terhadap yang lebih tua
sampian (pian) = anda, kamu, kau,engkau ucapan merendah terhadap yang lebih tua


Menghargai Punya Negri Sendiri

Memikirkan nasib tanah Banjar semakin kehilangan senibudaya adatistiadatnya
Rasa miris dan menyedihkan
Sebenarnya tanah Banjar banyak punya senibudaya dan adatistiadat
Tapi jangankan orang lain orang Banjar sendiri tidak peduli

Jika melihat kepunyaan orang merasa iri juga
Orang menghargai orang memelihara orang memajukan
Kalau di negri sendiri baharaga tahi larut
Kalau ada orang lain yang mengakui baru tahu
Persis seperti cacing panggal seperti cina kehilangan dacing

Menjadikan maju senibudaya sendiri
Menjadikan anak cucu beradat bertatakerama
Bukanlah orang lain
Tapi kita sendiri yang berupaya
Kita sendiri menghargainya
Yang membuat berlinang airmata
Banyak peninggalan orang bahari
Tidak tahu lagi entah kemana kuburnya

Kita sepatutnya berbangga
Tidaklah berpribahasa apakah baik atau tidak tapi punya sendiri
Sesungguhnya bila dibandingbanding dengan punya orang
Rasanya senibudaya orang Banjar tidak kalah juga

Ini cuma pandai di mulut tahunya hanya menyuruh saja
Tapi akal mamilanduk
Manangguk di banyu karuh
Jeddam éngkén barajut
Senang makan pangalih orang lain

Kita harus memikirkan bagaimana agar anakcucu kita
jangan sampai diracuni budaya orang
terlebih lagi punya orang kafir
Janganlah tergesagesa mengatakan seni itu haram
Kalau mengingat riwayat Rasulullah
Ketika hijrah dari Makah ke Madinah
Datang disambut dengan kesenian
Sesungguhnya kita harus pandai memilih
Yang mana gabah dan yang mana beras

Semoga ada juga orang Banjar rasa terbuka hati
Ikut kayuh baimbay gawisabumi
Menjunjung tinggi pusaka orang banua


bbaru, 2009

*******
Pribahasa/ungkapan :
cacing panggal =gelisah tidak karuan rasa
cina kahilangan dacing = ribut sekali, gaduh,mencak-mencak
akal mamilanduk = tipu daya, tipu muslihat
manangguk di banyu karuh = mengangbil keuntungan sementara orang yang bekerja
jeddam éngkén barajut = sangat kikir
makan pangalih urang = termakan keringat/ jerih payah orang lain
kayuh baimbay = seiring sejalan
gawisabumi = hidup bergotong royong


Buah Sukma Biduri

Palinggam Cahaya
Seratus empat puluh negri di laut
Seratus empat puluh negri di darat
Siapa yang bertahta tidak lain Raden Kasan Mandi
Adil bijaksana kasih sayang terpatri di dalam hati
Tujuh gedung harta buat derma fakir miskin
Siapa yang berbuat salah diampuni
Siapa yang berat hukuman diringani
Siapa yang dihukum mati di hidupi

Negri berasal hutan belantara
Tapi jiwa semangat membangun Maha Raja Bungsu ramanya
Berdiri negri beralam subur rakyatnya makmur
Kasan Mandi duduk di tahta penerus ramanya

Kasan Mandi tampak gelisah kadang duduk kadang berdiri
Tunduk tengadah ada yang dipikirkan
Akhirnya masuk juga ke dalam mahligai menemui Jung Masari isterinya

“Kakang rasa tidak keruan hati melihat keadaan Adingmas seperti ini
Ayu Dingmas katakan pada Kakang ada apa gerangan”
Jung Masari duduk di ranjang berlinangan air mata
Jung Masari tidak menyahut masih bertundukan
Tangannya menyusurnyusur ujung baju
Kasan Mandi rasa dihinggapi seratus awan kelam
“Adakah kesalahan Kakang sampai Adingmas bersedih seperti ini
Berhentilah Dingmas menangis
Katakan pada Kakang agar senang mendengar”
Jung Masari berdiri lalu memeluk suaminya
“ Kangmas tidak ada berkesalahan dengan siapasiapa apalagi dengan ulun
Sebelum ulun berucap ampunkan ulun Kangmas”
Kasan Mandi membelai rambut Jung Masari
“Tidak ada asalan Kakang memarahi orang yang tidak bersalah apalagi Adingmas Intan hati Kakang intan negri ini”
“ Ulun mengidam”
Mendangar ini tak terasa Kasan Mandi erat memeluk isterinya
Wajahnya sebagaimana matahari di timur yang sedang bersinar
Hatinya sebagaimana selaksa burung di pagi hari
“ Tapi Kangmas sebelum ulun meneruskan apa yang terkandung dalam diri ulun sampian ampunkan ulun Kakang”
Kembali Kasan Mandi menatap Jung Masari
“ Katakan Dingmas, sudah Kakang ampuni”
“ Rasanya rasa berat hati menyebutkan karena ulun tak mau menyusahkan sampian Kakang”
“Sebutkan Dingmas agar hati Kakang menjadi senang”
Jung Masari lalu berkisah
Jung Masari tak enak makan tak nyenyak tidur
Hari ke hari gelisah
Seleranya ingin benar memakan buah
Buahnya hanya sebiji di seribu ranting
Kasan Mandi terdiam mendengar
Tidak tahu apa nama buahnya dan dimana adanya
Tapi karena cinta benar pada isterinya :
“Biar sampai ke ujung langit sekalipun Kakang cari sampai dapat”

Kasan Mandi mundarmandir
Tunduk tengadah belum juga terbuka jalan
Lalu ingat dengan Paman Lamut
Kemudian memanggil Paman Lamut
Ujar Paman Lamut :
“Cepat bersemedi di dalam kelambu kuning “

Di asap dupa kemenyan
Mantra pancar cermin ditabur :
“ Tutus candi manyipat gunung
Gunung rubuh
Manyipat langit
Langit runtuh
Kupasak angin kencang ”
Seraya
Lepas tali empat sudut kelambu kuning
Berobah menjadi orang tua gemerlap

Sembah sujut di hadapan eyangnya
“ Aku tahu tungai apa yang ada di dalam hati cucunda
Kesinikan tapak tangan kanan aku cacak burung”
Setelah mencacak burung eyangnya bergaib keasalnya
Kasan Mandi melihati tapak tangannya
Terlihat buah di seribu ranting bernama buah sukma biduri
Letaknya di seberang lautan pulau angsana wangi
Ratusan jin yang menunggui

Dalam caritanya
Perahu Naga Sakti mengantar Kasan Mandi didampingi Paman Lamut
Berlayar menuju pulau angsana wangi
Segala rintangan dijalani
Gelombang segala gelombang dilalui
Bégal lanun yang mengganggu dibasbi

Di pulau angsana wangi
Terjadi peperangan sampai tujuh hari tujuh malam
Berpikir dalam hati Kasan Mandi
Kalau begini caranya sulit mengalahkan jinjin ini
Lalu Kasan Mandi mengungkit tanah dengan ibujari kaki kanannya
Dikepalnya di tangan
Lalu berdiri dengan kaki tunggal dan menengadah ke langit
Tanah di tangan dilemparkan ke matahari terbenam sambil
menyemburkan mantra petala jagat :
“ Asalnya tanah ke tanah asalnya api ke api
Asalnya air ke air asalnya angin ke angin
Kembali ke alam terjadiku
Siapa yang memandang diriku segala tunduk
Sebagaimana sujud di kakiku “
Seraya langit memancar kilatkilat angin ribut menggelugur
Hujan deras dengan petirpetirnya
Petirpetir menyambar jinjin lalu lumpuh
Seluruh jin takluk lalu menyerahkan buah sukma biduri
Paman Lamut melepas cincinnya
Lalu meniup cincinnya menjadi seekor rajawali
“ Cepat bawa buah sukma biduri ke hadapan Jung Masari katakan kami baikbaik saja “
Rajawali terbang menuju negri Palinggam Cahaya

Tarbang mengalunngalun semakin ke ujung semakin menghilang
Sampai disini pelamutan menyudahi lamutnya
Sebelum menutup pelamutan menarik napas panjang
Lalu berucap :
Aku ini sudah tua
Aku seoranglah yang tertinggal tiada siapasiapa lagi
Jika tiada yang meneruskan lamut bagaimana nasib senibudaya Banjar
Semoga lamut jangan terkubur bersama kuburku nantinya
Seraya
Tarbang melengking semakin meninggi
Suaranya dibawa angin menyusup ke hati orangorang yang tertunduk
menjenguki hatinya masingmasing


bbaru,2009


******
tutus candi = Keturunan raja ( Kasan Mandi )
manyipat = berjalan, menempuh, masuk
ulun = saya, aku (ucapan halus terhadap yang lebih tua )
sampian = kamu, anda (ucapan halus terhadap yang lebih tua )
lamut = teater tutur tanah Banjar
palamutan = orang yang membawakan lamut
tarbang = gendang sejenis rebana tapi agak besar


Ujung

Hari tak terasa bertemu hari
Kaki semakin jauh juga melangkah
Tunduk tengadah cukupkah airmata
Membetulkan jejak yang kacau berhamburan
Di sepanjang jalan

Manakala melihat bintang di langit
Tak lah sama dengan hitungan umur
Apakah membiarkan rambut memutih
Umur tidak berbau

Tak kan terlambat bertanam nyiur
Untuk membenahi sisa hidup
Menyusuri bentang jalan
Mesti berujung sampai ke liang ajal

Bbaru,2009


Minyak Balian

Pujat lapar mata merah mencorong
Cakar membongkar kubur
Mayat harus dihidupkan
Manusia hidup lebih manis dari madu wanyi
Lebih gurih dari barangka manu
Lebih harum dari asap kemenyan
Pujat melepas tangkaluban dari pinggangnya
Digantung pada akar menjulur dari atas pohon

Setelah sesajen siap
Pujat menyembur mamang
Ranying Hatatis Hiang Pi Umbung
Masuklah dalam kelenya
Masuklah dalam bahalai
Sebelum aku makan
Makanlah isi ancak
Makanlah dalam nawuluh lulung pasike
Minumlah darah manu dalam sasiri
Aku manyaru ruhruh di asap gununggunung

Mulang mengintai di atas pohon
Matanya mengkilat menatap
Diraihnya tangkaluban
Diikatkannya ke pinggang
Mulang heran setiap manusia mati dikubur
Selalu hilang setelah dikubur

Pujat menato dengan kapur sirih
di antara dua kening di kedua pipi titik segi tiga di dadanya
Kemudian manajak laung di kepalanya
Melilitkan saraben ke tubuhnya
Memasang gelang hiyang di kedua pergelangan tangannya
Pujat mengubah dirinya menjadi wadian bawo
Lalu batandik mengelilingi mayat yang membujur di kelenya
Dalam bubusan asap kemenyan

Mulang mengintai di atas pohon
Matanya mengkilat seperti mata pisau
Hidungnya menghirup bau ruhruh memakan isi ancak
Seperti letupanletupan buah para musim panas
Ruhruh memecah nawuluh lulung pasike
Mulang mengambil minyak balian dari tangkaluban
Lalu disembunyikannya di balik bajunya

Setelah selesai batandik Pujat si setan itu
Akan menghidupkan mayat yang terbujur
Lalu akan mengambil tangkalubannya
Tetapi sangat terkejut tak ada lagi tangkalubannya
Dengan mata merah mencorong hidungnya mengendusendus
Lalu menengok ke atas pohon
Seraya berteriak marah : Mulang
Kembalikan tangkalubanku

Mulang turun dari pohon
Dengan bertolak pinggang mendekati Pujat
Lalu tertawa memecahkan hutan belantara
Ruhruh pada terkesiap
Pujat murka lalu merebut tangkaluban miliknya
Mulang menyingkir dari cengkeraman cakar si setan
Maka terjadilah perkelahian yang amat sangat
Batubatu beterbangan
Bukitbukit pada ambruk
Guntung pada kering airnya
Pohonpohon pada rontok daunnya
Antara keduanya
Tak ada yang menang
Tak ada yang kalah

Berucap Mulang :
Pertarungan tak perlu lagi dilanjutkan
Lalu melepas tangkaluban dari pinggangnya
Lalu menyerahkan pada Pujat
Mata Pujat merah mencorong mulutnya mendesis
Melihat minyak balian tak ada lagi dalam tangkalubannya
Di dalam hatinya masih tersimpan penasaran
Berucap Pujat pada Mulang :
Bila minyak balian itu di tanganmu
Syaratnya kau tak boleh menghidupkan manusia mati
Mulang si manusia itu diam sejenak
Kemudian menjawab : Baiklah

Dari waktu ke waktu
Ternyata Mulang ingkar pada janjinya
Ia menghidupkan setiap ada manusia yang mati
Ia melakukan seperti apa yang dilakukan Pujat
Mengoles minyak balian pada kening mayat

Pujat marah setelah tahu lalu menemui Mulang
Menantangnya bersabung ayam
Apabila Mulang kalah
Maka harus mengembalikan minyak baliannya
Tetapi ayamnya selalu kalah
Namun di dalam hatinya masih tersimpan dendam

Mulang khawatir minyak balian akan dapat direbut kembali
Maka ia menyembunyikannya dalam kelambu
Pujat akan lebur bila masuk ke dalam kelambu
Tapi Pujat mendapat akal
Lalu menyuruh katikih mengisapnya
Sejak itu setiap manusia mati di kubur
Selalu kuburnya di jaga

Bbaru, 2009

*****
barangka manu = ayam panggang
madu wanyi = madu tawon
tangkaluban = sejenis keranjang dari rotan


Macan Jejadian

Daundaun pepohonan pada menegok ke bawah
Mencium eloknya si perempuanperempuan itu
Sedang kicau burungburung sontak berhenti lalu beterbangan
Mendengar tawa dari wajah ceria dibubus angin
Perempuaanperempuan itu melenggang di jalan setapak
Menuju bau lelaki

Empat dari lima lelaki
Dengan leher panjang disedot gemulai lenggang tarian
Harumnya lima tangkai kembang cempaka
Empat dari lima lelaki itu
Menggosokgosok matanya
Hutan itu telah berubah menjadi sebuah tamanbunga

Mereka menaksir satu sama lain
Setelah mereka bertemu dengan kerdipan mata
Mereka pun menjadi berpasangpasangan
Dan menyantap isi bungkusan lemak manis penganan ketan

Satu dari lima lekaki
Sedari tadi mengalihkan matanya pada sebuah anak sungai yang mengalir
di bawah tebing
Dan satu dari lima perempuan itu
Perempuan begitu cantik bahkan teramat cantik
Begitu matanya gemerlap dalam sungging seribu senyuman
Makanlah nanti keburu dingin aku sendiri yang memasak ketan ini
Lelaki dari lima lelaki itu
Masih mengalirkan matanya ke arus sungai
Tangan perempuan yang lentik itu akan menyuapkan kemulutnya
Lelaki itu pelan menepis dengan telunjuknya
Perempuan itu tak cukup dengan senyuman lalu menggerai rambutnya
Takcukup rabutnya lalu menggesekgesekkan tubuhnya
Tak cukup dengan tubuhnya lalu mulutnya yang mungil mendebarkan
Lelaki itu berkata : sebentar aku akan turun ke tebing

Di seberang sana
Lelaki itu menyaksikan empat lelaki temannya
Tergeletak berlumuran darah daging tubuhnya koyakkoyak
dikunyah empat macan yang mengerikan
Lelaki itu lari bersembunyi ke balik bebatuan
Perempuan yang satu tadi mengejar tapi kehilangan jejak
Perempuan itu memanggil : Jaka kau ada dimana
Ada sahutan : Aku ada disini
Perempuan itu menemukan lelaki itu
Dan lelaki itu terus berlari ke balik bebukitan
Perempuan itu mengejar lagi tapi kehilangan jejak
Perempuan itu kembali memanggil : Jaka kau ada dimana
Ada sahutan : Aku ada disini
Dan lelaki itu pun kembali berlari dan bersembunyi di dalam hutan
Sebelum bersembunyi ia memotong telunjuknya yang menyentuh ketan
Perempuan itu terus mengejar tapi kehilangan jejak
Perempuan itu memanggil lagi : Jaka kau ada dimana
Ada sahutan : Aku ada disini
Dan perempuan itu hanya menemukan sebuah telunjuk
Perempuan itu kembali pada wujud asalnya seekor macan
Ia sedih dan menangis karena ia hanya memakan sebuah telunjuk
Dan empat macan lainnya mulutnya berlepotan darah
Ada di sampingnya

Lelaki itu merenung dan ingat sesuatu
Kemudian ke luar dari persembunyiannya
Macanmacan itu dengan beringas menatapnya
Taringnya mencuat kukukukunya mengembang siap akan menerkam
Lelaki itu dengan tenang berkata :
Aku tahu dimana asal ikam
Sangatak sangitik asal umaikam
Maha Raja Pati asal bapaikam
Bulik ka mana sagala asalikam
Sontak macanmacan itu bergetar
Dan tubuhnya mencerai menjadi abu


Bbaru, 2009

*****
ikam = kamu, kau,engkam
umaikam = ibu kamu
bapaikam =ayah kamu


Sandah

Suaminya tak pulangpulang
Dipendam Kamariah dalam rumahnya
Bagaimana pun sabarnya pasti ada batasnya
Hatinya panas
Mendidih sampai ke ubunubun
Sopiah wajahnya merah
Matanya ke luar air panas
Diwaktu senja turun
Sopia berdiri di muka pintu
Bertunduk lalu bertengadah bertunduk kembali
Disingkapnya tapih tinggitinggi
Lalu dikipasinya dengan tampah :
Imran bulik
Lakasi bulik
Tampah terus dikipaskan
Sampai senja terkebas kelam
Imran masih terpendam

Sundal pandayangan
Dasar janda kemiangan
Orang tak bermuka tak bermalu
Mengambil suami orang
Lalu merungkup Kamariah
Dipukulnya mukanya dicakarnya
Direnggutnya rambutnya
Kamariah tungganyglanggang dirangsangnya
Imran cuma tertegak seperti patung
Orangorang datangan melerai

Kamariah si janda kembang
Memendam dendam dihatinya pada Sopiah
Walau robek di tangan Imbran tak kan dilepas
Dia makani dengan tiga biji nasi di lipatan kakinya
Dia minumi dengan air cancutnya
Imran kepayang terpendam di bawah telapak kakinya

Gula tepung walau tak bewarga tapi sekampung
Kampung jadi sunyi ketika malam hari
Gula tepung walau tak bewarga tapi sekampung
Rumah sepi pintu dan jendela dikunci rapat

Sandah mengharubiru kampung
Semua makanan orang kampung dijilatinya
Gula tepung walau tak bewarga tapi sekampung
Orang tungganglanggang ditemuinya
Orangorang jadi sepakat mengusir sandah
Turun membawa obor
Membawa tombak parang potongan kayu
Kampung jadi ribut mengepungi sandah
Tapi orangorang kewalahan sandah selalu menghilang
Dan gentayangan dimanamana
Gula tepung walau tak bewarga tapi sekampung

Malam itu orangorang bersembunyi mengintai
Kuburan orang mati baru dikubur
Lobang di atas kuburan itu orang tutupi dengan botol
Tak lama botol berisi asap
Lalu orang cepat mengambil dan menutupinya
Orangorang ramai mengarak botol menuju sungai deras

Di dalam botol Kamariah merintih tangis
Mengapungapung di arus sungai
Setelah empat puluh hari tenggelam di laut
Tak gentayangan lagi di dunia

Bbaru,2009

*****
sandah = sejenis kuntilanak
sundal pandayangan = sumpah serapah kotor
bulik = pulang
merungkup = menerkam



Sajadah Rindu

Sedikit pun tak gugup memandang senja
Merahnya matahari akan berakhir ke tirai kelam
Sebab ruhnya menyatu dalam ruhku
Debur laut adalah ombak zikir
Mengisi sepinya pantai

Memandang langit dikepak burungburung
Karang tempat berteduh dukalara

Sedikit pun tak kan surut
Melihat kaki langit tak bertepi
Di senja yang semakin senja

Kutulis alamatmu di pasirpasir
Melayarkan sajadah rindu
Ciuman ombak di pantaipantai
Adalah doa yang tak pernah diam berdesir


Bbaru, 2009


Geger Ganda Manik Sukalima
( Teater Tradisional “Mamanda” Kalsel )

( Baladon )
Tiga orang memadu tari nyanyi dan narasi
Tebu salah saray sarapun
Mun ada nang tasalah kami maminta ampun

( Musik )
Balai persidangan sudah kita siapkan
Sambil bataduh lapah alangkah baiknya kita memperkanal diri, kaya apa Adinda Harapan Kedua
Bujur sekali Kanda Harapan Pertama. Sebagusnya maharagai nang tuha Kanda Harapan Pertama nang badahulu
Kita sudah memperkanal diri. Supaya jangan katiwasan alangkah bagusnya kita periksa sekali lagi balai persidangan
Bujur Kanda Harapan Pertama, limbahitu kita berjagajaga di pintu balai persidangan
Musik

( Musik )
Harapan Pertama wan Harapan Kedua juga, beri jalan Beta empunya diri. Beta hendak mengadakan persidangan. Kaya apa bereskah sudah kalian siapkan.
Harapan Pertama dan Harapan Kedua membuka jalan :
Sudah kami siapkan Paduka

Kita sudah sampai di balai persidangan, sebelum kita memulai persidangan terlebih dahulu kita memperkanal diri, kaya apa Pamanda Wajir, Perdana Mantri.
Sebagusnya kaya itu Paduka.
Raja badahulu memperkenalkan diri.
Tersebut beta empunya diri Maha Raja Brajapati Alam Gangga Sukma Barjiwa, bertahta di Kerajaan Ganda Manik Sukalima, duduk di singgasa bertatah yakut jambrut nilam biduri, memakai mahkota emas permata intan berlian. Apa benar Pamanda Wajir
Wajir : Benar sekali Paduka.
Empat puluh anak rajaraja di kanan empat puluh anak rajaraja di kiri tunduk berhidmat dihadapan Beta empunya diri. Apa benar Perdana Mentri
Perdana Mentri : Benar sekali Paduka
Memerintah adil bijaksana disayangi rakyatnya, apa benar parmaisuriku nang bungas langkar
Parmaisuri : Inggih dasar bujur, Kanda ai
Kita sudah memperkanalkan diri, baiklah kita mulai persidangan ini.
Sewaktu hendak dibuka, Panglima Perang datang.

( Musik )
Gantar Gandari Buana Paksi, aku punya nama, terpangkat Panglima Perang atau Kepala Pertanda dalam kerajaan Ganda Manik Sukalima. Telah bertahuntahun mengabdi di kerajaan Ganda Manik Sukalima tak pernah mendapat cacat cela dari paduka maha raja, inilah yang menjadi kebanggaan seorang Panglima Perang atau Kepala Pertanda.
Gagah berani, sakti mandraguna, kada batampik lawan musuh, kada pilih bulu siapakah siapakah, kuhancurlumatkan sampai mati.
Gantar Gandari Buana Paksi, akulah orangnya :
Naga ulit naga umbang
Taguh di kulit sampay katulang
Wasi kuning pasak awakku kulit kijang putih babatku
Siapa yang berani menantangku
Awas, kurajam lawan tapak tanganku Si Gantar Api
Jangan cobacoba lawan Gantar Gandari Buana Paksi, mun handak tahu :
Kataku sirunduk runduk
Runduk runduk galimbanganku
Siapa nang manantang cahaya mataku
Lumpuh sebagaimana dicabut urat seribu
Baiklah aku akan masuk ke balai persidangan mungkin aku ditunggu oleh Paduka Maha Raja
Harapan Pertama, Harapan Kedua juga beri jalan aku handak masuk ke balai persidangan.
Harapan Pertama dan Kedua : Baik Tuanku, silakan masuk.
Salam sejahtera Paduka.Ampun maaf hamba terlambat datang. Tapi tugas yang diberikan pada hamba telah selesai dilaksanakan.
Bagus Panglima Perang.Senang hati Beta empunya diri mendengar.
Amun kaya ini mari kita laksanakan persidangan
Persidangan, mempersiapakan acara perkawinan anak putri maha raja yang bernama Putri Ayu
Rumbayan Amas Rumbayan Intan lawan anak raja dari kerajaan Gumilang Kaca Salaksa
Acara dilaksanakan karasmin empat puluh hari empat puluh malam.
Ketika maha raja hendak menutup, Hadam berucap :
Mohon ampun Paduka
Ada apa Hadam
Mohon ampun Paduka
Iya, ada apa Hadam
Mohon ampun Paduka
Nah, ujar Beta ada apa Hadam
Ujar Diang Kacil, bini Hadam pina carengehcarengeh :
Laki ulun ini Paduka ai konslet kabelnya kalo.
U, abahnya ada apa garang pina bapandir basandatsandat
Padahakan pang
Ujar Hadam :
Hamba umpat batakunlah, Paduka
Takunakan aja Hadamai
Tapi jangan sariklah
Ai, kanapa sarik, takunakan ja
Paduka mahargailah lawan sanibudaya Banjar
Ha ha ha itukah Hadam, Beta sangat menghargai senibudaya Banyar
Nanti kita adakan dalam karasmin perkawinan putri Beta, semua kesenian nang ada di kerajaan kita tampilkan dan terus kita bina, kita gali, kita lestarikan, kita bantu sagala apa nang diperlukan seniman dan grup keseniannya, tiap tahun kita adakan lomba baik kesenian yang sudah ada lawan berkreasi, kita beri hadiah seni lawan seniman yang berprestasi. Sabuting lagi Hadam ai, kita dirikan sekolah guru kesenian.
Tarima kasih, Paduka. Tapi Paduka
Ada apa lagi Hadam
Rasa lawas hamba kada mandangar Paduka banyanyi. Biasanya mun handak basidang
Paduka musti banyanyi wan taritarinya.
Iihlah Hadam, bujur ujar ikam
Maha Raja Brajapati Alam Gangga Sukma Barjiwa lalu bernyanyi lagu raja
Dundang ... sayang ... urang nang langkar ... barikit di dalam hati.... Kaya apa Pamanda Wajir
Wajir : Umai suara Paduka sampai merasuk ke dalam hati nang mandangar.
Setelah selesai aparat kerajaan Ganda Manik Sukalima, kembali.
Musik

( Musik )
Jejer di balai persidangan Kerajaan seberang lautan Kerajaan Dundung Wowo Sagara, mempersiapkan penyerangan ke Kerajaan Ganda Manik Sukalima, rajanya murka karena ditolak mempersunting Putri Ayu Rumbayan Amas Rumbayan Intan.Siap berangkat penyerangan.
Musik

( Musik )
Jejer di Kerajaan Ganda Manik Sukalima, mengatur pertahanan dibantu oleh kerajaan Gumilang Kaca Salaksa atas serbuan Kerajaan Dundung Wowo Sagara

Kancah pertempuran
Dundung Wowo Sagara menggempur Ganda Manik Sukalima, namun dapat dikalahkan dan Rajanya mati di tangan Panglima Perang Gantar Gandari Buana Paksi.
Karasmin yang nyaris gagal itu kembali diteruskan.
Cerita selesai
Ditutup dengan lagu Terima kasih.

Bbaru, 2009

*****
nang bungas langkar = yang cantik, elok
kada batampik = tidak berpilih
taguh = kebal. mun, amun = jika, kalau
katiwasan = disalahkan. nang = yang
badahulu = duluan. kaya apa = bagaimana
Sabuting = satu . kaya itu = seperti itu,begitu
Padahakan pang = katakan lah/saja
lawan = dengan
pina carengehcarengeh = agak genit,berseloroh
pina bapandir basandatsandat = berbicara tersendat-sendat
umpat batakunlah = numpang tanya
karasmin = pesta,perayaan. sabuting = satu
bataduh lapah = mengaso, istirahat, melegakan napas
lawan = dengan. wan = dan. babat = ikat pinggang
bujur = benar. sariklah = marahlah

Puisi tahun 2008

Gerimis Malam

Kusembunyikan rindu
di balik tirai gerimismalam
angindingin
makin menuak dalam kenangan

Karna tak kuasa berlari
dan tangan terkulai
cuma desah napas
yang dapat membisikkan katahati
dan bila pandangmata redup
maka itulah hikayat rembulan
terkubur awan

Tak lebih sebuah pinta
jangan ajalkan sisa embun
pada selembar daun
agar kulihat warna pagi

bbaru,08



Di Ambang Senja

Selembar daun yang gugur menertawakanku
merenungi ambang senja


Sesungguhnya aku malu mengatakan
aku bukan daun

Daun jatuh ke bumi
Tapi aku melayang jauh sekali
Dan jatuh ke laut tak bertepi

bbaru, 2008


Laut
: diah hadaning


Masihkah lautmu membiru
Masihkah lautmu mengombak
yang membuatku rindu ?

Aku cuma diam
memandang laut yang paling jauh
setiap ombaknya mengalun
pantai jadi kepayang

bbaru, 08


Pendosa

Ingin benar aku mengetuk pintumu
Tapi tangan gemetar setiap ingin mengetuk
Jiwa yang tersusun menjadi layu dan rontok

Kembali kupungut serakan untai
Lalu kubawa berlari ke balik malam
Sambil menyebut namamu

Tiada henti dari rindukerindu
Sampai ke batas sunyi
Kukeringkan airmata dengan segala doa
Kembali menuju arasymu

Bbaru, 2008


Pintu Doa

Mengapa aku memilih malam menemuimu
Agar aku leluasa mencurahkan isihatiku
Begitu ramah membuka pintu setiap aku mengetuk

Di tengah malam yang sunyi yang maha gulita
Tapi maha bercahya di mataku
Kurebahkan rinduku di pangkuanmu
Menumpahkan airmataduka
Yang terperangkap dalam dustadunia

Berkalikali aku datang padamu
Agar aku kaulahirkan kembali
Merindukan tangisan bayi
Yang tak pernah dusta menyerumu

Bbaru, 2008


Senja di Tanah Lot

Dengan sabar aku menunggu
Sementara gulungan ombak menggemuruh
Di pantai yang sunyi
Berkalikali kukubur fatamorgana
Agar aku dapat melihat seluasluas laut

Kuserahkan diri pada pecahan ombak di batubatukarang
Debar jiwa di mataharimerah diseliputi awan
Langit telah melahirkan senja

Bersuntingbunga dan beras antara dua alis
Kubuihkan sukmasejatiku di mataombak yang kemilau
Yang menggitakan ayatayat utsaha dharma
Aku masih menunggumu, kekasih

Bali, 2008


Hujan Tengah Malam

Engkaukah yang menyembunyikan diri di dasar malam
kata kunangkunang
Kembali kusembunykan sejauhjauhnya
Ke dalam jiwa
Tibatiba aku terperanjat mendengar isak
seperti teriakan panjang
di lubuk hati yang dalam

bbaru,2008


Masih Membaca Malam
Rindu Yang Dalam

Seperti juga aku
Masih seperti malam yang lalu
Membaca syair bersuluh kunangkunang
Angin dingin memaksaku berkalikali
Membunuh rindu
Bilamana matamu menetesi sukmaku
Maka bergegas menengok awan

Sebisabisanya kutengadahi langit
Adakah walau sebiji bintang ?

Syair membasah dijelagamalam
Untaidemiuntai kujemur di ayatayatzikir
Kujemur segala duka

bbaru,2008


Reruntuhan Hujan

Pagi tak jadi sempurna. Menatap pintu langit
Siapa berlari bebasah perih di sana ?
Di dalam hujan. Mestinya tak perlu risau..
Di dalam rindu. Mertinya tak perlu duka.
Tapi siapakah yang menggetargetrar padang ilalang
yang kehilangan rimba ?
Anggur

Lelayap pohonnya terdiam kaku
Setangkai menetesnetes merahnya
mataku luka bertuak
Aku mabuk dalam impian
Aku rebah dibawah reruntuhan harapan

bbaru, 2008


Reruntuhan Pagi

Dipersimpangan jalan tibatiba kabut tergantung tebal. Embun menjadi
debu. Rerumputan berubah warna. Pepohonan disepanjang jalan
menjelma arca. Aku kehilangan arah

Kehilangan katakata ketika mentari rebah
disemua langkah. Tapi aku tak mau hidup kehilangan makna
terus berlari. Menembus angin.

Memburumu sampai ke batas ajal.

bbaru, 2008



Airmata Musi
: eko p.


Tahukah kau airmatanya yang mengalir
Menjadikan musi meluap
Sebab tak ada lagi peradaban di sini
Jadi rumah yang kau bangun ditepian
Ikat di tiang nuranimu agar jangan hanyut kelaut lepas

Mengapa. Dengar gemuruh muramnya
Telah menjadikan beningnya jelaga
Adakah raungmu membelah rimba
Membaca deras alir airmatanya
Atau menyelam ke dasarnya
Kedalaman yang tak pernah kau duga sebelumnya

Bbru, 2008


Maha Kasih

Kulayari alirnadiku yang gemuruh
dengan jiwa yang teduh
Layar terkembang di angin rindu
Menuju muara maha kasihmu

bbaru, 2008


Gerimis

Gerimis setiap ada luka
Tapi luka langit mengalirkan
bianglala biasan mata
lantaran gerimis selalu
membasahi setiap langkah kita

Gerimis adalah nestapa
Senantiasa tak pernah beranjak
dari setiap luka

bbaru, 2008

( Puisi ini ku sms kan buat Penyair Jambi Dimas Arika Mihardja
dalam " Upacara Gerimis "nya )


31 Desember ke-59

Di larat bulan desember
Aku masih setia merangkai tubuh
Pohon kehidupan dari lembarlembar usia
Alangkah jingganya senjakala

Kusangga jiwa sunyi yang luruh
Di reranting
Mendebarkan riapkerliplampulampu
Yang kukalungkan sekujur tubuh

Malam pasti akan tiba
Apakah aku akan menangis
Seperti pertamakali lahir
Dari rahim kehidupan

Setiap lampu kecil kutabur di tubuh
Tak letih jemari merangkai zikir
Dalam cahya kasih namamu

Banjarbaru, 2008


Bahagia

Apakah bahagia
Karena banyak punya harta
Punya pangkat dan jabatan
Karena bangga
Lalu angkuh dan kesombongan

Apakah bahagia
Orang yang banyak punya harta
Takut kehilangan hartanya
Orang yang berpangkat dan jabatan tinggi
Tapi orangorang memalingkan muka


Tak punya harta
Tak punya pangkat dan jabatan
Tapi bahagia
Karena bahagia ada dalam lubuk batinnya

Berbahagialah
Orang yang banyak hartanya
Orang berpangkat dan berjabatan
Yang selalu membuat jalan
Menuju Allah


Bbaru,2008



Dunia tak pernah Damaidamai

Tuhan tidak pernah menyusahkan manusia
Melainkan manusia itu sendiri saling bersetru
Karena tidak menegakkan keadilan
Melainkan kebanggaan serakah dan kebencian

Bbaru,2008


Doa Seorang Peminta

Orang itu datang
Minta padaku satu tasbih saja
Tak ada yang kuberikan
Orang itu berdoa semoga aku punya tasbih

Kembali orang itu datang
Minta padaku satu zikir saja
Tak ada yang kuberikan
Orang itu berdoa semoga aku punya zikir

Kembali orang itu datang
Minta padaku satu shalawat saja
Tak ada yang kuberikan
Orang itu berdoa semoga aku punya shalawat

Bagaimana aku dapat memberi
Sedangkan aku tak pula lagi
Aku telah dimiskinkan kesenangan dunia
Aku merugi

Bertahuntahun aku jadi musafir
Orang itu datang lagi padaku
Dan aku beri apa yang dia pinta
Orang itu bersyukur doanya terkabul

Bbaru,2008



Daundaun menggesek biola

Partitur puisiku belum tuntas
Tinggal satu bar lagi
Angin menerbangkannya ke pucuk pohon
Notasikata bergelantungan di rantingranting

Tanganku menggapaigapai serupa lingkaran
Tibatiba daundaun menggesek biola
Orchestra Tree of life
Aku jadi dendam ini yang kutulis
Ketika tanganku yang satu gerammelingkar
Sontak biola alto daundaun yang lain

Sekujur pohon mengombak
Ke dua tanganku melingkar berlawanan
Gemanya sampai ke manamana
Lalu anggukananggukan kepala
Kemudian hentakan satu kaki lalu dua kaki
Ritmes dan melodis dan dinamik
Mengikuti semua apa yang kutingkahkan
Aku merebah tengkurap merangkak bergulingan
di atas tumpukkan daun mataku merapat
Orchestra jadi gemuruh
Aku mandi tuak

Aku sudah acakacakan
Aku berdiri ke dua lenganku diangkat tinggitinggi
Lalu kusentakkan ke bawah
Semua pada diam berhenti sunyi
Semata desauan angin

Ini benarbenar aku meratap
Kembalikan puisiku

Bbaru,2008


Bulan Begitu Sabit

Bagaimana pun mesti ada keputusan
Di persimpangan jalan
Walau ada yang menipu mata
Sebelum kau masuk dalam persembunyian

Begitu sabitnya bulan
Manakala kau meninggalkan bayangan
Menghapus seluruh jejak
Dalam tiupan angin

Di bawah bulan sabit
Merenung setiap langkah
Merenungi alir sungai di atas batubatu
Di atas rerumpun bambu
Yang berdaun kunangkunang

Bbaru,2008


Petaka Bukit Meratus

Siapa yang bertandik di gumpalan angin
Rohroh nenek moyang gelisah
Bangkit dari persemayaman

Di setiap lembah bukit dan gunung yang gundul
Gelang bawo gemerincingan ditampuran angin
Di loncatan air yang melimpasi riam dan guntung
Di rumahrumah yang roboh

Menyan putih dari pintu balai
Terbang bersama kilat dan gemuruh halilintar
Hujan tiada juga berhenti

Orangorang menundukkan kepala
Di tengah ruang balai
Terbujur seorang balian
Ia telah mati

Bbaru, 2008


Percakapan Kecil

Menengok masa silam terkadang nikmat juga
Walau pahit kau berkata
Di pucuk pohon pinus bulan tersangkut
Malam itu ingatkah kau
Seseorang menjadi musafir

Walau aku tersenyum ketika kau berkata lagi
Musafir itu ingin secangkir kopi
Dari serbuk bayang yang melekat di hatimu
Tidak kataku tertawa
Dua cangkir kopi dengan serbuk yang sama

Malam ini sungguh aku tak beranjak
Di muka cermin rambut perakku
Yang semakin perak


Bbaru, 2008

Puisi Tahun 2007

Bulan Dalam Hujan
memoriam : ari setya ardhi

Di tengah hujan aku terus berlari
menyerumu : Beri aku bulan
Inilah hasratku yang besar
Yang kusampankan
Di Batanghari
Di mana kau selalu membasuh mimpi

( sesekali kau menoleh
cuma sekuntum senyum dimekarkan
setelah satu anggukan )

Sekejap pun mataku
Tak luput menatap cahaya itu
Bulan tibatiba menyabit
Dan lenyap di alir darahku

( hujan terus juga menderai
hujan terus juga menghitamkan
Batanghari )

Aku termangu
Menatap bulan lain
Basah di ujung tapak kakiku

Banjarbaru, Jan 2007



Malam Penuh Riwayat
: Diah Hadaning

Masih terjaga ketika kau berkata : Kita bukan bayang yang tenggelam
dalam tabir kelamnya. Biarkan hanyut, melata seperti ular.
Lidahnya menjulur melahirkan riwayat dan matanya
Lihatlah meneteskan sajaksajak yang bertuak

Bertuak sepanjang malam. Aku mabuk dalam bulan Meimu
Mabuk kembangapi muncrat dari usiamu yang panjang
Aku berbisik : Izinkan aku mencium aroma tanganmu

Malam itu beribu riwayat. Tak lelah sedikit pun menatap lalulintas
jalan kehidupan sepanjang Cikini Raya
sampai TIM itu kelelap tenggelam seribu diam
Kita kemudian terus juga berjalan sepanjang trotoar
dan bertambat di lobi Alya Hotel, kembali bersulang

Kita bersitatap : Sungguh masih begitu bening bola matamu
Lalu kita mencuci impian digema azan dini hari
Dan kau berkata : Sungguh eloknya surya bangkit nun di timur

Bulan Mei selalu ada di bulan Desembermu : bisikmu penuh rahasia
Lalu berlari masuk bus dan lenyap dari pandangan
Di seberang jalan aku masih berdiri menatap bayangan
yang semakin menebal dalam kenangan

Jakarta, 2007


BSD City Suatu Malam

Bersulang di Farmers Market
Menari di Summarecon Mal Serpong
Ngoceh di CNCMa XXI
Lalu larut di Bugogi House

Beri aku kristal malam
Dari BSD yang paling City

Lonceng siapa berkelenengan tibatiba
Bulan membelah dan merkuri mendesah
Ketika City semakin tumpah
Di bibir merkah

Serpong, 2007


Diatas Ranjang Waktu

Kuhempashempas tubuh
Agar muncrat api
Raya Puncak muntah salju
Tubuhku beku

Tak ada api, kaukah api
Tak ada tungku, kaukah tungku
Ah begitu jahanamnya malam

Tak lelehleleh
Setiap erang kuhempashepas
di batubatu rindu

Kau berkata : Membaralah dalam tubuhku
Hingga puncak ekstase
Di atas ranjang waktu

Bogor, 2007


Menyongsong 17 Agustus

Tanganku gemetar
Membuang lumut di sebuah batu nisan di tengah hutan
Tak pernah ada seorang pun menabur bunga
Apalagi upacara renungan
Di batu nisan ini bertulis
: Telah gugur kesumabangsa bernama Merdeka
Tgl. 17 bulan 8 tahun 196
Jam nolnol

Merahputih terkulai di tengah tiang
Siapakah lagi yang gugur di medanperang hari ini
Satupersatu wajahwajah menunduk merenungi hatinya
Bungabunga zikir bertabur di pusara

Setiap menyongsong 17 Agustus
Mengalir airmata
Tapi siapakah lagi yang tiada bersangsi

Mencintai Tanahair ini selain kita sendiri
Dan menanamnya dalam sanubari

Masih tertanam dalam ingatan
Ketika kesumabangsa memporakporandakan penjajah
dengan kucuran airmata, darah, harta dan nyawa
Dan tak tahu lagi entah kemana tulangbelulangnya berserakan
Maka siapa lagi kalau bukan kita mengusung hatinurani
Agar Ia lahir kembali
Dan menghidupkan kembali keadilan dan kebenaran yang telah mati

Serpong,2007


Tuhan Jangan Kau Sembunyikan Doaku

Darahku seperti alapalap bersayapangin
Begitu isak kecil membuka pintu yang lama terkunci
Jemputlah anganmu yang terbengkalai
Aku tumpah dari perjalananmu yang panjang

Tumpah dari lukalukarindumu
Setiap jalan bersimpang kau bergumul dengan bimbang
Di batubatu kehidupan kau tulis riwayat impian
Sebelum matahari keburu terbenam

Duhai jagat,aku tak pernah mau terajal sedikitpun
Pada sekalian dusta semesta
Sebab aku lahir pada diriku sendiri
Selamat tinggal pada fatamorgana

Kubaca isak dis’luruh tapaktapakkakiku
Dan tak letihletih menulis aksaranamamu
Tuhan jangan kau sembunyikan doaku

Serpong - Tangerang, 2007


Pulang

Memandang burungburung melintas sawang
Ingin kudengar kepaknya kemana akan tetirah
Senja yang semakin kelam
Kasidah sunyi semakin dalam

Aku terus juga berjalan menyisir suratan alamat
Dan tak pernah lagi menghintung perhentian
Dimana aku datang dan pergi
Kemudian datang
Dan sampai waktunya tak pernah kembali lagi
Masuk rumah keabadian sunyi

Serpong, 2007


Seorang Polisi Pamongpraja

Pasar kumuh itu telah terkepung
Tak satu pun bisa lolos
Pedagangpedagang kakilima itu
Tak sempat menyelamatkan dagangannya
Terpaku dan putus asa

Satuan Polisi Pamong Praja itu
Dengan beringas dan tangkasnya
Menggulung dagangan para pedagang kakilima ke mobil
Lalu dengan dengus panjang mobil itu pergi

Dibalik tembok pertokoan
Seorang Polisi Pamong Praja
Wajahnya pucat dan gemetar
Menyaksikan seorang perempuan tua
Meratapi dagangan sayurannya yang digulung

Seorang Polisi Pamong Praja
Di balik tembok pertokoan
Meratapi dirinya
Sayuryayuran itulah yang membesarkannya
Dan menjadikan ia Polisi Pamong Praja
Perempuan tua itu adalah ibunya

Pertokoan dan ruko bertumbuhan di negeri tercinta ini
Seperti jamur dimusim hujan
Tapi adakah yang mau berpikir solusi buat rakyat kecil
Yang waswas menggerai dagangannya di kaki lima

Seorang pengemis tibatiba terperanjat dan gemetar
Di depannya melintas seorang Polisi Pamong Praja berwajah pucat
Pengemis itu diamdiam melihat Polisi itu
Hilang dalam gerombolan hirukpikuk orangorang

banjarbaru, 2007


Disebuah Watas

Memandang mentari strubery melahirkan pagi dalam kicau burung
Kuhirup nafas dedaunan pohon sepanjang perbukitan
Wajahmukah yang mandi di telaga kemilau cahya
Sehingga angin mendesahkan aroma cinta ?

Di serambi villa,
Mencuci segala dukalara
Kulunaskan riwayat yang sudahsudah
Didekapan cahya matamu

Serpong, 26 juli 2007


Jauhkan Fatamorgana di Mataku

Mengapa aku selalu berpaling dari tatapan
Karena aku tak ingin lagi terperangkap
Sebab aku telah membaca semesta
Aku tak pernah lagi percaya pada nasib
Maka meski terus berjalan
Larat yang paling penghabisan
Adalah efitap rampungan segala jejak
Mengembalikan nafas

Dan tak lagi mengenang
musafir mengarung dunia ini
kecuali membungkus tulang belulang
dengan asmamu.

Bbaru, 2007


Gelisah Laut

Laut yang mengguncang ombak
Pantai dan karang
Tempat curahan deburan jiwa

Matahari kian memerah
Persengketaandemipersengkataan
Tak pernah usaiusai

Di kaki langit
Ruhruh bergumpal awan
Dan mengapung di atas laut

Burungburung laut
Tak mengenal lagi kemana terbangnya
Dalam kegelisahan kita

Bbaru, 2007


Aliflammim

Tibatiba ada serupa kitab
yang dibuka lembardemilembar
Dan memancar cahaya dan beriburibu suara
Tangan mereka pun lumpuh dan terkulai
Dari kunci rahasia yang tak mampu mereka buka
Mereka telah kehilangan mata dan kedua telinga
Sebab mereka telah mendustakan firmannya
Setelah mengetahui di antara debudebu
Mereka lebih kecil dari sekalian debu yang paling kecil
Lalu mereka pun bersujud seraya menyeru namamu

Bbaru, 2007


Narasi Rindu

Bagaimana aku tak akan mengatakan
Siapa yang memetik bulan
sehingga aku kehilangan terang
Malam semakin dalam
Menyelamkan jiwa sampai kepaling dalam
Kau menatapku dan berkata : Katakan
Siapa meronce mimpinya yang terburai

Ketika pagi tiba
Tibatiba melihat kau masih di pembaringan
Meronce sejumlah mimpi
Dan bulan di antara dua alis mata

Tapi pada malammalam berikutnya
Aku tak pernah lagi melihatmu
Setiap pergi ke pembaringan
tak lepas menatap bulan
Berharap kau ada di sana

Bbaru, 2007


Mestikah Risau

Mestikah risau. Sebab masih ada lembahlembah penyimpan airmata. Mestikah riasu. Sebab masih ada ilalang tempat berteduh. Mestikah risau. Sebab masih ada burungburung pelunas letih. Mestikah risau. Sebab masih ada guntungguntung tempat mencuci duka. Masihkah risau.
Kaririang selalu bernyanyi di bukit batu. Bungabunga bungur tak pernah berhenti menunggu buah dalam cahya mentari. Hembus angin adalah napas.jeram yang menumpahkan gemuruh adalah langkah.
Sebab hidup bukanlah sewaktu mati
Dan mati sewaktu hidup

Bbaru,2007


Hanya Kepada Laut

Kemana lagi kami akan dapat berkatakata
Hanya kepada laut
yang dapat mengarungkan jiwa yang kesumat
membawa sejarah yang telah kehilangan aksaranya
membawa peradaban yang kehilangan maknanya
Kami tak dapat lagi berkatakata
Sebab kemerdekaan negeri telah kehilangan ruhnya

Hanya kepada laut
Yang dapat memahami apa yang terkandung dalam katakata kami
Kau dengar setiap debur gulungan ombak
Kau akan tahu
dimana kami letakan jiwa yang tak pernah diam


Bbaru, 2007

Cermin Akhir Tahun

hanya itu yang mampu terucapkan, semuanya luluh di matamu
bulan yang tinggal seiris diamdiam bergegas ke rerumpun ilalang menumpahkan anggurdukanya.


Babaru, 2007

Negeri Kami

Negeri ini lahir dari sejarah
Tapi karena kau berkuasa
Kau banyak mengaburkannya

Negeri ini bersbudaya tinggi
Tapi tersiasia
Karena kau tak menghargainya

Negeri ini subur
Tapi hidup kami miskin
Karena kau tak memberi kami

Negeri ini jauh tertinggal
Karena kau mengabaikan pendidikan
Sehingga miskin sdmnya

Negeri ini banyak pengangguran
Sehingga terlantar dimanamana
Karena kau tak mampu menyediakan lapangan kerja

Negeri ini tinggi peradabannya
Tapi kau sendiri tak beradab
Sehingga bersengketa

Negeri ini tanah kelahiran kami
Tapi kami tak bisa bersuara lagi
Sebab kau banyak mengubar janji

Bbaru,2007


Bakantan

Jika kau manusia tahu arti kehidupan kau akan tahu
Betapa negeri ini mengasihsayangi mereka
Memberi rumah yang menghijau
Gunung lembah riam yang damai
Berabad tahun hidup tentram

Jika kau manusia yang beradap kau akan tahu
Di balik batubatu gua
Mereka tercenung dan miris
Melihat kau menebangi rumah mereka
Membredel gunung lembah dan riam

Jika kau manusia yang berhatinurani kau akan tahu
Mereka berpuluh tahun hidup
Berumah ranggas
Bergunung berlembah beriam lengang

Jika kau manusia yang berprikemanusiaan
Maka kau tak akan
Memburu mereka
Menculik mereka

Tetapi kau manusia yang paling hina
Karena tak pernah tahu
Mereka adalah mascot negeri ini

Bbaru,2007

**** bakantan = sejenis kera berhidung panjang
lambang fauna Kalimantan Selatan


Seekor Bakantan Betina

Seekor bakantan betina
Di balik jeruji besi matanya luka
Menatatap kawankawannya di batubatu dan bukitbukit
Menatapnya dengan wajahwajah miris

Seekor bakantan betina
Memeluk erat anaknya yang membenamkan wajahnya
ketubuhnya
lantaran takut yang sangat menikamnya

Seekor bakantan betina
Sosok ibu yang teramat ibu
Ketika orangorang itu memburu
Bersama kawankawanannya berlarian panik menyelamatkan diri
Anaknya terlepas dari gendongannya dan jatuh ke tanah
Sang ibu kembali mengambil anaknya
Tibatiba jaring menyergapnya

Seekor bakantan betina
Anaknya melekat erat di tubuhnya
Matanya luka
Menatap negrinya yang semakin jauh
Ketika kerangkeng itu dibawa pergi

Seekor bakantan betina
Di balik jeruji besi
Airmata darah titik
Jatuh ke tubuh anaknya

Bbaru, 2007


Jukung Hanyut

Banjir
Di hulu berloncatan air dari rimba yang gundul
Lereng perbukitan yang kehabisan bebatuan
Bangkai binatang batangbatang lapuk reranting sisa terbakar
Mengapung dideras arus sungai

Rumahrumah lanting bergoyangan
Tiangtiang jembatan bergoyangan
Perahuperahu bergoyangan

Karena banjir disini sering terjadi
Maka orangorang menganggap hal yang biasa
Bahkan acap banjir menyergap kampung dan kota
Namun karena sering terjadi
Maka orangorang menganggap hal yang biasa

Suatu kali
Orangorang di pinggir sungai
Tercenung melihat sebuah jukung hanyut
Orangorang mendengar seperti jeritan panjang
dari kecipaknya yang digoncang arus maha deras
Orangorang pun terjaga dan menoleh sampai ke hulu

Bbaru,2007


Tuhan Memperolokolok Mereka

Mereka purapura tidak tahu
Tuhan memperolokolok mereka
Tapi dasar mereka tidak bermalu
Mereka rampok harta rakyat
Mereka korupsi uang rakyat
Mereka bunuh anakanak rakyat
agar anakanak mereka menguasai lapangan kerja
Mereka diperolokolok tuhan
Tapi dasar mereka tidak bermalu

Mereka ada ditempattempat ibadah
Dimajlismajlis ta’lim
Di ruangruang debat hukum
Mereka purapura tidak tahu
Tuhan memperolokolok mereka
Mereka kaum pendusta

Dimimbarmimbar mereka bicara
perdamaian kesejahtraan keadilan kemakmuran
Tuhan memperolokolok mereka
Mereka permainkan dengan dusta

Dengan kepintaran dusta mereka
Orangorang membenarkan perbuatannya
Dan mereka mendustakan tuhan menggali kubur
Dengan dustanya mereka terperosok kedalamnya

Bbaru,2007


Gadai

Di pintu loket pegadaian
Orangorang berjubeljubel
Menggadaikan harta bendanya
Orangorang berdesakdesakan
Saling dorong
Saling sikut
Saling depak
Ruang pegadaian jadi gaduh
Malah di liuar ruangan masih banyak menunggu

Ada yang gagal caleg dijerat hutang
Ada yang dicekik biaya sekolah anaknya
Ada yang didesak mahalnya biaya berobat
Ada yang perlu pelicin masuk lapangan kerja
Ada yang perlu modal usaha kecilkecilan
Ada yang didera pengangguran
Ada yang kehabisan beras
Ada yang mau kawin
Orangorang berdesakdesakan
Ruang pegadaian jadi gaduh

Di pegadaian lain
Ada orang diamdiam
Menggadaikan harga dirinya
Menggadaikan kehormatannya
Menggadaikan jabatannya
Awas jangan kau gadaikan
Bangsa dan negara kami !

Bbaru,2007


Merugi

Orangorang berpaling jadi pemimpin yang kafir
Karena ingin mendapat untung
Yang baik ditukar dengan yang buruk
Sesungguhnya ia merugi
Karena keuntungannya
Tak dapat menebus azab dan siksa


Bbaru,2007


Ampun

Orangorang itu datang
Menangisnangis
Memukulmukulkan jidatnya ke lantai
Meratapratap
Menghibahiba
Memohon ampun
Tuhan cuma diam

Suatu kali
Orangorang itu datang lagi
Tuhan berkata :
Sesungguhnya bukan kepadaku
Tapi kepada rakyatmu
Karena yang kau rampok itu harta mereka
Yang kau korupsi itu uang mereka

Orangorang itu pun pergi
Tapi entah kemana

Bbaru,2007


Langit dan Bumi ayahbunda

Aku tidak mengerti mengapa orangorang saling bunuh
Saling tembak saling tikam saling bacuk
Mengapa orangorang saling melempar batu
Mengapa orangorang membakar rumahrumah
Teriakan orangorang berlarian ketakutan
Orangorang roboh kena peluru kena batu

Aku tidak mengerti tahunya menangis kesana kemari
Menyeruak orangorang mengangkut yang luka
Menyeruak orangorang yang mengangkut mayat
Menyeruak orangorang yang menguburkan mayat
Berteriak memanggil ayahibu

Aku menangis
Mengapa rumah kami dibakar
Aku mengais puingpuing rurmahku
Kalaukalau ada ayahibu

Setelah kota ini mulai pulih dari porakporanda
Tak pernah mencari lagi dimana ayahbunda
Tapi kusimpan dalam ingatan
Aku pun mengenal jalan dan lorong kota ini
Tak mau jadi pencuri atau pun pengemis
Bila laparku lapar sepanjang trotoar yang sunyi
Bulan bintang matahari makanku
Dinginnya malam bianglala selimutku

Aku tak pernah menangis
Melihat seorang ibu membelikan anaknya mobilmobilan
Sebab aku memiliki sebuah parit
Bermain kapalkapalan

Sejak mengintip dari lubang dinding sekolah
Aku senang mengumpulkan koran
Mengumpulkan kertas kosong yang ada di bak sampah

Aku sering memperhatikan kau berada disini
Seseorang menegurku dengan ramah
Aku mengatakan sejujurnya
Kepala sekolah itu dalam menatapku
Lalu tersenyum dan memegang bahuku
Negara kita memerlukan pemimpin yang baik


Bbaru,2007